Idealisme Campuran
September 11, 2015
Menyoal idealisme tidak selalu
berkaitan dengan kepemimpinan, partai atau segala sesuatu yang berbau politik. Idealisme
adalah hati nurani. Ketika sesuatu telah ditetapkan menjadi aturan, maka
sesuatu itu telah menempati posisi ideal. Maka nantinya tegantung pada subjek
dari aturan itu untuk menaati atau mengingkari. Filternya ada pada diri
sendiri. Nah, pada filter itulah idealisme mengambil peran. Menarik ulur hati
nurani untuk setia pada aturan atau mengingkarinya demi entah apapun itu.
Hari ini tepat setahun saya
disumpah atasnama Alloh menjadi seorang apoteker. Apoteker. Profesi yang tidak
dipahami oleh semua kalangan. Profesi yang masih penuh dengan konflik
kepentingan. Profesi yang menghabiskan banyak biaya studi namun masih berupah
minim. Profesi yang memiliki 5 Bab dengan 15 pasal pada kode etiknya. 5 BAB dan
15 pasal itulah idealisme Apoteker. Hati nurani.
Hari ini, pertanyaan besar itu
muncul kembali. Pertanyaan yang pernah diajukan oleh seorang senior di dewan
legislatif kampus.
Sampai kapankan idealisme yang
kalian punya akan bertahan?
Ya. Sampai kapan. Miris memikirkannya.
Orang bilang ikuti sistem yang ada baru bisa mengubah. Tapi bukankan itu sama
saja membunuh idealisme ketika sistem yang ada tidaklah seideal yang kita
inginkan. Orang bilang, cari power (kedudukan) dulu baru kita bisa mengidealkan
sistem itu. Semudah itukah mendapatkan power ditengah sistem yang tidak ideal? Jangan-jangan
power itupun didapat dengan mengesampingkan idealisme.
Maka asahlah hati nurani itu,
kawan. Kita pasti pernah dan sering mengingkarinya. Tapi jangan biarkan ia
tumpul dan lambat laun berkarat dan menjadi rombengan. Berdirilah. Berjalanlah.
Maju dengan sepenuh hati. Idealis bukan berarti kolot dan tak fleksibel. Idealis
versi saya adalah mampu menempatkan diri dengan tetap membawa hati nurani. Memperluas
makna dari setiap pasal pada kode etik yang telah menjadi rule model Apoteker
di negri ini. Mungkin dengan cara itu, idealisme versi saya tetap terasah. Biarlah
si idealis lain menentang. Mengatai itu tetap saja tak sesuai. Aaah topik ini
terlalu menyebalkan untuk dibahas.
Sebaik baiknya manusia adalah
yang bermanfaat bagi banyak manusia lainnya. I hope, that’s the reason why My
Lord made me as an Apothecary. Be gratheful. Be meaningful.
Bandung, 11 September 2015
0 komentar